Senin, 30 Maret 2009

Budi daya Jamur

LEBAK | Saat gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) menimbulkan banyak pengangguran baru, sekelompok pemuda di Lebak justru semakin giat membudidayakan komoditas jamur. Mereka “menyulap” tumbuhan hutan yang biasanya dianggap tak berharga, menjadi sebuah komoditas dengan nilai ekonomis tinggi.

Kelompok Budidaya Jamur Tiram Putih Gema Sejahtera, itulah nama perkumpulan mereka. Sejak enam bulan lalu, mereka terus menggenjot upaya produksi jamur tiram (shimeji white). Sehingga diharapkan nilai produksinya bukan saja dapat menjadi sarana pemenuhan ekonomi keluarga. Tujuan paling penting adalah terpenuhinya gizi keluarga secara mudah dan murah.

Salah seorang anggota yang juga tenaga ahli pembudidayaan jamur Tiram Gema Sejahtera, Riki Nurzaman, pada Koran Banten mengatakan, tumbuhan jamur tiram sebelumnya memang kurang begitu diminati masyarakat, bahkan cenderung dipandang sebagai komoditas yang tidak bernilai sama sekali.

“Memang komoditi ini, hanya dipandang sebelah mata. Karena selain hanya tumbuh di hutan tepatnya pada pohon kayu, tumbuhan jamur ini juga dipandang tak memiliki nilai giji maupun ekonomi,” jelasnya.

Pada prinsipnya, budidaya jamur tiram adalah mengusahakan kondisi sehingga jamur tiram tersebut dapat tumbuh dengan baik. Untuk itu, perlu dilakukan adaptasi substrak dan lingkungan agar jamur dapat tumbuh seperti di tempat aslinya. Karenanya dalam budidaya jamur tiram, faktor tumbuh dan lingkungan sangat berpengaruh besar.

Menurutnya, sifat jamur tiram, banyak ditemukan tumbuh dipohon kayu yang sudah lapuk, berdasarkan sifat tumbuh jamur itulah maka disimpulkan budidaya dan pengembangan jamur tiram ini, dapat dilakukan pada media buatan yang mempunyai kandungan hara menyerupai median tumbuh asalnya atau kayu yang sudah lapuk.

“Tak sulit dalam pengembangan jamur tiram ini, salah kita tinggal menyediakan serbuk gergaji saja, namun untuk lebih jelas dan detailnya, kami siap membantu masyarakat jadi pembudidaya jamur tiram yang berhasil guna,” tuturnya.

Secara terpisah, Ketua Kelompok Budidaya Jamur Tiram Putih, Gema Sejahtera, Nano W Yulianto mengungkapkan, sejauh ini animo masyarakat akan budidaya jamur tiram putih cukup tinggi. Terbukti, maraknya permintaan budidaya jamur tiram, justeru bukan saja datang dari kelompok pemuda dan masyarakat Lebak, melainkan juga datang dari kawasan Pandeglang.

“Untuk sarana produksi yang sudah jadi, yang terbentuk dalam wujud log jamur, kami banyak menerima pesanan bukan saja dari pemuda dan masyarakat Lebak, juga dari Kabupaten Pandeglang,” tukasnya.

Tercatat, harga di pasaran per satu kilogram jamur tiram, yaitu sebesar Rp 18.000, sementara untuk setiap hasil produksi jamur tiram, ditampung Asosiasi Pengusaha Jamur Indonesia (APJI) selaku lembaga resmi pengusaha jamur, dalam perkilonya sebesar Rp 7.500 per kilogram. [JAT]

sumber:koranbanten.com

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Text

  ©Template by Dicas Blogger.